Kamis, 12 Januari 2012

TULISAN KE 1 MINGGU PERTAMA




Thema             : Wujud Kebudayaan Masyarakat Indonesia                                                               Sub Thema   : Keunikan Upacara Pemakaman di Beberapa Daerah di Indonesia

Keunikan Upacara Pemakaman di Beberapa Daerah di Indonesia
Kematian atau seseorang meninggal, berarti hubungan dengan dunia nyatanya telah putus, ia dikatakan kembali ke alam baka / ke akhirat.Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta kelahiran dan kematian yang berwenang menentukan status batas usia, yang tidak dapat diramal oleh manusia biasa, kapan waktunya yang tepat seseorang berpulang kedunia akhirat.
Didalam perjalanan kematian tersebut diatas tidak ada ketentuan yang pasti terhadap seseorang tidak ada pilih kasih, tidak ada perbedaan kaya ataupun miskin, juga perbedaan pejabat atau bukan pejabat, ayah apa anak, kakek apa cucu, dokter apa pasien, semuanya akan berjalan kelak menuju kearah kematian sesuai dengan kehendak takdir, yang diembel-embeli pula dengan perbuatan serta karmanya.
Jadi mati adalah suatu keharusan dari hidup manusia yang kemudian masing-masing bangsa, masing-masing agama, masing-masing suku mempunyai cara-cara tersendiri untuk memberikan penghormatan terakhirnya sebagai manusia yang memiliki peradaban budaya.
Setiap  daerah khusunya  di Indonesia mempunya tradisi menghormati kematian dengan cara yang berbeda - beda.  Jika di Bali kita kenal dengan istilah Ngaben, maka di Tana Toraja dikenal dengan upacara Rambu Solo'. Persamaan dari keduanya adalah memiliki ritual upacara kematian dan penguburan jenazah. Namun tentu saja dengan cara yang berbeda-beda  sesuai dengan adat – istiadat yang telah dipercayai sejak zaman nenek moyang mereka . Walaupun terkadang ritual yang mereka lakukan  terlihat sangat aneh , dimana upacara tersebut terlihat glamor atau bahkan ada orang yang bersenang -  senang  sedangakan ritual tersebut merupakan upacara kematian yang identik dengan kesedihan atau dukacita .



*   . Ngaben


Ide / Gagasan
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).
Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Aktivitas
Pagi hari sebelum upacara Ngaben dimulai, segenap keluarga dan handai taulan datang untuk melakukan penghormatan terakhir dan biasanya disajikan sekedar makan dan minum. Pada tengah hari, jasad dibersihkan dan dibawa ke luar rumah diletakkan di Bade atau lembu yang disiapkan oleh para warga Banjar, lalu diusung beramai-ramai, semarak, disertai suara gaduh gambelan dan “kidung” menuju ke tempat upacara. Bade diarak dan berputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meningal itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan gangguan, dll.
Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu, pendeta mengujar mantra – mantra secukupnya, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Setelah semuanya menjadi abu, upacara berikutnya dilakukan yakni membuang abu tersebut ke sungai atau laut terdekat lalu dibuang, dikembalikan ke air dan angin. Ini merupakan rangkaian upacara akhir atas badan kasar orang yang meninggal, kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut di pura keluarga, setelah sekian lama, arwah tersebut diyakini akan kembali lagi ke dunia.
Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya. Setiap orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di dalam perjalanannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya ; Pulau Bali.
Benda / Wujud Fisik


    http://www.google.co.id/search?q=GAMBAR+UPACARA+NGABEN&hl=id&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=5cQOT-j8K8O8rAej04XhAQ&ved=0CB4QsAQ&biw=1024&bih=423


*    Upacara Rambu Solo'

                   Ide / Gagasan
            Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu.

Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.

Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.

Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban. Namun bagi penganut agama Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.

Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo' maka orang yang meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih 'sakit', maka orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.

             Aktivitas
          Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju tongkonan pertama (tongkonan tammuon), yaitu tongkonan dimana ia berasal. Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Ma'tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.

Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.

Seluruh prosesi acara Rambu Solo' selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung).

Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda
jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).

Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.

Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.

Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.

Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.

Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan ma'pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo', adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.

Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane' (kuburan dari kayu berbentuk rumah adat).

               Benda / Wujud Fisik  
                 http://www.google.co.id/search?q=GAMBAR+UPACARA+NGABEN&hl=id&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=5cQOT-j8K8O8rAej04XhAQ&ved=0CB4QsAQ&biw=1024&bih=423#hl=id&tbm=isch&sa=1&q=GAMBAR+UPACARA+RAMBU+SOLO+&pbx=1&oq=GAMBAR+UPACARA+RAMBU+SOLO+&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=103032l108184l0l108879l17l16l0l11l0l3l255l1143l0.1.4l5l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=f50a2a652b407fb9&biw=1024&bih=423

Senin, 09 Januari 2012

TULISAN 4 BULAN 4

Ø Hasil Budaya yang Berkaitan Dengan                             Manusia & Tanggungjawab   Serta   Manusia & Kegelisahan 
*    Manusia & Tanggungjawab
( Puisi )
      puisi tanggung jawab !
buatan rudy
kita semua terlahir dengan masalah
masalah yang harus kita hadapi walaupun susah
itu lah tanggung jawab kita hidup di dunia ini
sebagi makhluk yang harus berusaha sampai mati

tanggung jawab itu bukan untuk dipermainkan
tanggung jawab itu anugrah terbesar tuhan pada kita
tanggung jawab itu buakn hal sepele dan enteng.
Tanggung jawab itu bagaikan roda api yang menyegat

Apapun yang kita perbuat salah atau benar
Menyakitkan atau menggembirakan
Itu semua perbuatan kita
Sebuah tanggung jawab untuk selesaikan

Bukan dengan uang bukan dengan egosian
Tanggung jawab gak akan bisa dengan cara itu
Kemauan kita keberanian kita di pertaruhkan
Hanya untuk mendapatkan tanggung jawab

Walaupun itu sulit
Walaupun itu sakit
Asal kita mau itu kecil
Asal kita mau itu gak sulit

Tanggung jawab harus dilatih dari kecil
Tanggung jawab butuh pengorbanan
Kapan pun tanggung jawab harus tetap di hidup kita
Untuk merubah kita menjadi seseoran yang


*    Manusia & Kegelisahan
            ( Lagu )

           Gelisah
  ( Dian Pramana Poetra )
Lelah .. hati ini lelah karena dia
Satu dua hari tak kujumpa jua
Rasa setahun sudah kita berpisah
Rindunya

Yaa .. tuhan sampaikanlah doa hamba, ooo
Sampaikan
Diri ini tak kuasa tanpa dikau
Kususunkan jari ini pada Mu

*
ooo, betapapun resah hati hamba ini
tak seresah dikau ada disampingku
ingin hati jumpa dalam mimpi
mesranya

yaa  Tuhan, jadikanlah khayal ini, oo.. jadikan
tiada dua cinta ini, tiada jua
kupujalah dikau kasih, oo .. kasih

reff :
menari nari, aku dialam mimpi
yang indah khayal, kukejar cinta tiada
aku cari-cari bayangan dirimu
datag juwitaku (ooo sayangku)
kuingin jumpa 

 
Sumber; http://www.wonosari.com/t2844-share-tanggung-jawab
http://topmotivasi.com/memahami-makna-tanggung-jawab%E2%80%A6.

TULISAN 3 BULAN 3





1. Pemerkosaan di angkot


http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/09/15/123353_angkot-barang-bukti-kejahatan_300_225.jpg


Karyawati bernisial SRS (27) diperkosa secara bergantian oleh dua sopir tembak angkot D-02 jurusan Lebak Bulus-Pondok Labu. Sementara dua pelaku lain mendapat bagian uang Rp700 ribu, BlackBerry Gemini dan dan Esia.

Dalam kejadian pemerkosaan itu, SRS dipaksa melayani nafsu bejat dua sopir tembak yang masih berusia belasan tahun di dalam angkot yang berputar-putar di Jalan TB Simatupang. Setelah puas, korban ditinggalkan di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan.

Seperti dijelaskan Kepala Humas Polres Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Aswin, kejadian pemerkosaan itu berlangsung pada Kamis, 1 September 2011, sekitar pukul 00.00 WIB. 

SRS yang baru turun dari Kopaja P-19 jurusan Tanah Abang-Ragunan kemudian diajak naik angkot D-02 jurusan Ciputat-Pondok Labu yang ngetem di Cilandak. Korban ditawari pelaku diantar sampai rumahnya di kawasan Pondok Gede. Padahal angkot ini tak melayani trayek ke rumah korban. Dua pelaku duduk di depan, sementara dua lainya di bangku penumpang.

Baru berjalan tak berapa lama, pelaku yang ada di belakang langsung menutup pintu angkot. Sementara satu pelaku lainnya memegangi SRS yang sudah mulai curiga.

Musik di dalam angkot dipasang lebih kencang agar teriakan SRS tidak terdengar dari luar. Salah seorang pelaku bernama A, menyuruh korban membuka bajunya. Perlawanan korban jadi percuma, dia pasrah karena dipegangi dua pelaku.

"Pelaku PT memaksa korban melakukan hubungan badan, tapi ditolak. PT kemudian marah dan membekap korban, dengan dibantu tersangka A," ujar Aswin, Kamis, 15 September 2011.

Sambil dibawa berkeliling, SRS digagahi PT, dan musik dengan volume kencang masih diputar. Sambil terus mengacam, pelaku melampiaskan seluruh emosi mesumnya kepada korban. 

Penderitaan SRS belum berakhir. Pelaku lain bernisial YG, yang mengendarai angkot itu berpindah posisi. Masih pasrah dan tidak bisa melawan, SRS kembali diperkosa. Dan barang berhaganya dipereteli dua pelaku lain. 

Dalam keadaan lemah tak berdaya, SRS diturunkan di kawasan Ragunan, di sekitar Kompleks Marinir. Dengan pertolongan warga sekitar, SRS kemudian diantar pulang ke rumahnya, tanpa melapor polisi.

Setelah dua pekan peristiwa itu berlangsung, Selasa malam kemarin, korban bertemu lagi dengan YG. Dia hapal betul dengan tampangnya. Apalagi YG mengemudikan angkot D-02 yang sama saat melakukan pemerkosaan. Pelaku itu sedang ngetem dengan mobilnya di traffic light Lebak Bulus.

Korban lalu mengadu kepada polisi lalu lintas di dekat situ. Si sopir mencoba kabur saat akan ditangkap, tapi tanpa ampun dia diringkus dan digelandang ke kantor polisi.

Kasus ini kemudian ditangani Polres Metro Jakarta Selatan. Perburuan terhadap tiga pelaku lainnya masih dilakukan polisi. Sementara YG sudah diperiksa dan diancam dengan Pasal 365 ayat 2 KHUP, Pasal 285, dan Pasal 56 KUHP, ancamannya di atas lima tahun penjara.

Sementara itu, Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Sujarno mengatakan, hingga September ini ada 40 kasus pemerkosaan. Tiga kasus terjadi di angkutan umum.

Livia Pavita Soelistyo, Mahasiswa Binus adalah salah satu korban kejahatan ini. Dia bahkan bunuh oleh pelaku guna mengilangkan jejak kejahatannya.

Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Sujarno mengatakan, guna mengantisipasi terjadinya hal serupa, masyarakat khususnya kaum perempuan yang pulang bekerja pada malam hari diminta untuk memilih angkutan.

"Tidak perlu ragu menolak untuk naik. Lihat apakah di dalamnya ada perempuan juga atau tidak. Jangan naik angkutan jika berisi lelaki semua. Kita harus mewaspadai hal itu," katanya. 

Sementara itu, disamping harus memperhatikan kondisi kendaraan, para penumpang khususnya perempuan juga disarankan untuk tidak mengenakan baju yang mengundang tindakkan kejahatan.

Sujarno mengimbau, untuk para korban pemerkosaan untuk melapork kepada polisi. Dengan begitu, para pelaku bisa diproses secara hukum.

"Jadi masyarakat jangan sengan untuk melapor, dari aspek publikasi juga bisa kita jamin, ini kan bisa jadi bahan analisas juga, penangannya juga khusus, sidangnya juga tertutup," kata Sujarno.



Kapolri Jenderal Timur Pradopo memberikan atensi khusus terhadap pengungkapan kasus pemerkosaan di angkot yang menimpa RS, pedagang sayur warga Jalan Raden Saleh RT 006/07 Sukmajaya, Depok Jawa Barat.

Hal itu diungkapkan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Nasution. Menurutnya kasus tersebut saat ini juga menjadi atensi Polda Metro Jaya.

"Pemerkosaan jadi atensi Polda, itu ditangani Polda. Kami tak usah dipesan oleh Presiden untuk jadi atensi juga sudah tugas kami untuk ungkap, Kapolri juga menjadikan ini atensi," jelasnya kepada wartawan di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, Senin (19/12/11).

Saud menambahkan pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mawas diri saat naik angkot. Khususnya kepada para penumpang perempuan.

"Kepada semua pihak harus mawas diri, kejadian pemerkosaan di angkot itu sesuatu yang tidak beradab dan tak berprikemanusiaan," katanya.

Ia juga meminta para pemilik sopir angkot untuk tidak memberlakukan sopir tembak. Hal itu guna mencegah kriminalitas di angkot. "Pemilik angkot harus perhatikan sopir-sopir tembak, dikontrol, nanti lepas kendali," tandasnya.

source: http://news.okezone.com/read/2011/12/19/338/544345/kapolri-pantau-kasus-pemerkosaan-di-angkot
http://metro.vivanews.com/news/read/247385-ini-kronologi-pemerkosaan-di-angkot-d-02




2. Pembobol
Seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penangkaran Rusa, Desa Api-api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser, membobol brankas di kantornya sendiri.

Adalah Mahyuddin (32), oknum PNS yang nekat mencuri uang senilai Rp35 juta dalam brankas pada Jumat, 16 Desember lalu. Tak lama menikmati uang hasil curiannya PNS ini berhasil dibekuk Polres PPU pada jumat malam pekan lalu (23/12).

Kapolres PPU AKBP Sugeng Utomo menjelaskan tersangka melakukan aksinya setelah berhasil membobol jendela belakang kantor tepat diruangan bendahara, setelah berhasil tersangka yang sudah mengetahui kondisi kantornya tersebut kemudian mengangkut brankas seorang diri dengan cara dipikul.

“Tersangka mengaku melakukan aksi sendiri karena dia paham benar lokasi brankas tempat kerjanya. Dia membongkar brankas dan mengambil uang di dalamnya sebanyak Rp35 juta,” kata Sugeng, Rabu, (28/12/2011).

Sugeng menyatakan, setelah mendapatkan laporan dari pihak UPTD petugas langsung melakukan penyelidikan dan kecurigaan petugas mengarah kepada tersangka, yang bekerja di UPTD Penangkaran Rusa. “Kita amankan ketika berada di dalam rumahnya, di Petung Kecamatan Penajam PPU. Tersangka dikenakan pasal 363 KUHP dengan ancaman tujuh tahun penjara,” tambahnya.

Sementara tersangka Mahyuddin mengaku dapat menggangkat brankas yang beratnya puluhan kilogram itu karena memiliki jimat. “Dia angkat brangkas itu sejauh 10 meter, tapi setelah kita ulangi ternyata dia tidak kuat. Katanya punya jimat,” tambah Kasubag Humas Polres PPU, AKP Jamaludin.

Anehnya lagi, kata Jamaluddin aksi yang dilakukan oleh Mahyuddin hanya untuk cari sensi. Karena dari sisi ekonomi tersangka memiliki materi yang cukup.

“Pengakuan tersangka sih alasan mencuri brankas hanya untuk sensasi, sebab dari segi ekonomi berkecukupan, apalagi kedua istrinya telah memiliki penghasilan tetap sendiri-sendiri. Istri pertamanya seorang guru dan kedua punya usaha kos-kosan," tambah  Jamaluddin




     

TULISAN 2 BULAN 2


TULISAN 2

1.  Puisi Yang Berkaitan Dengan Cinta Kasih :

Hanya Denganmu Sayang

Di saat apa yg ku rasakan saat ini,
hanya lah kata setia dlm hatiku,
di saat apa yg ku inginkan saat ini,
hanyalah bersanding dgn mu seorang,
di saat ku sendiri melawan hari” ku,
hanyalah rasa rindu ku kpd mu,
Apakah kau merasakan apa yg ku rasakan,
apakah kau menginginkan apa yg aku inginkan,
dengarlah
kata hati ku ini utk mu,
jangan lah kau berfikir utk meninggalkan ku,
karena dlm benak ku tak pernah sedikit pun terbesit utk meninggalkan mu,
selama nafas ini masih berhembus,
Dan tuhan masih memberikan kesempatan pada diriku,
utk menjaga mu,
menyayangi mu,
mencintaimu
dan membahagiakan mu,
sampai akhir’a tuhan mengambil ku utk selama’a.
Hanya denganmu
By : rafiq arrisya

2.  Contoh Cerpen , Lagu dan Karya Seni Lain yang Berhubungan dengan Cinta Kasih  :

v Cerpen
Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***


v Lagu

CINTA DALAM HATI
     BY : UNGU
mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa di cintai
tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
dengan hidupmu, dengan hidupmu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
telah lama kupendam perasaan itu
menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
bahagia untukku, bahagia untukku
reff:
ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
meski ku tunggu hingga ujung waktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
repeat reff