Kami sekeluarga berasal
dari Tana Toraja, namun kami tinggal di Sorong, Papua Barat. Banyak pengalaman
dan pelajaran yang kami alami selama tinggal di Sorong.
Baik hal-hal yang buruk
maupun baik, seperti minuman keras yang mewabah dikalangan laki-laki,
perkelahian yang menjadi hal yang biasa. Selain itu juga kami merasakan ada
kekeluargaan antar sesama, saling menghargai, alam yang indah dan sebagainya.
Jujur saja kalo disuruh memilih tempat yang ingin saya pilih untuk tetap
tinggal, saya tetap memilih Papua.
Tetapi bukan berarti kami
melupakan asal kami, buktinya dalam tulisan saya kali ini saya menceritakan
tentang pengalaman saya sebagai anak Toraja.
Salah satu pengalaman yang
akan saya ceritakan yaitu pengalaman saya rasakan ketika kakek saya meninggal
dan kami melaksanakan upacara pemakanan menurut adat – istiadat Tana Toraja.
Gambar
1 Patung Alm. Nene Somba
(Sumber: Dokumnetasi Pribadi Reny)
Tahun kemarin 2014 kakek
yang kami panggil nene Somba meninggal dunia.
Sebagai keturunan toraja,
kami keluarga besar mendapat tuntutan untuk melakukan upacara pemakaman untuk
almarhum berdasarkan adat-istiadat Tana Toraja.
Banyak hal perlu kami
persiapkan sehingga rentang waktu yang diperlukan yaitu 9 bulanan untuk dapat
memakamkan kakek saya sesuai acara adat pemakanan.
Persiapan yang perlu
dilakukannya yaitu seperti pembuatan lantang. Lantang yaitu rumah sementara
yang terbuat dari bambu. Selain itu juga kami perlu mempersiapkan patung
almarhum, peti, rumah untuk tempat terakhir dan konsumsi yang akan diberikan
kepada tamu-tamu yang datang melayat.Selain itu juga masih banyak lagi
persiapan yang perlu kami lakukan.
Gambar 2 Persiapan
(Sumber: Dokumnetasi Pribadi Reny)
Prosesi yang sempat ikuti adalah ketika para pelayat datang
disambut oleh beberapa pagar ayu dan di arahkan ke sebuah lantang khusus
penerima tamu. Para pelayat ini pun tidak datang dengan tangan kosong, mereka
biasanya datang dengan membawa buah tangan seperti babi, kerbau, rokok, permen,
bir bahkan kerbau.
Kemudian keluarga almarhum akan datang untuk penjamu para
pelayat sebelum mereka bertandang ke lantang anggota keluarga yang mereka
kenal.
Biasanya prosesi penerimaan tamu ini dilakukan selama 2 -3
hari.
Gambar 3 Prosesi Penerimaan Pribadi
(Sumber: Dokumnetasi Pribadi Reny)
Prosesi
berikutnya yang saya ikuti yaitu pemotongan kerbau yang telah dipersiapkan oleh
anggota keluarga almarhum. Kerbau yang terkumpul waktu itu sekitar 20 an. Tidak
semua kerbau tersebut di potong melainkan ada yang di lelang dan diberikan
kepada pihak gereja setempat. Kerbau-kerbau yang telah dipotong akan diberikan
kepada petinggi dan masyarakat setempat.
Gambar 4 Prosesi Pemotongan Kerbau
(Sumber: Dokumnetasi Pribadi Reny)
Prosesi Terakhir yaitu memakamkan almarhum.
Tempat pemakaman nene saya ini akan sama sseperti nene-nene saya sebelumnya
yaitu bukan di kuburkan di tanah tetapi sebelumnya keluarga telah membuat suatu
bangunan yang meyerupai rumah tetapi hanya ada satu ruang yang akan dijadikan
sebagai kuburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar